Penerapan Teori dalam Penelitiaan Kualitatif, Kuantitatif dan Campuran


 Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tidak sedikit siswa yang beranggapan bahwa mata pelajaran kimia ini sebagai salah satu mata pelajaran yang cukup sulit (Yumna, 2017). Di mana materi pelajaran kimia ini dapat disajikan secara kongkrit dan abstrak. Salah satu materi pelajaran kimia yang disajikan secara abstrak adalah konfigurasi elektron, sehingga perlu ditemukan cara mudah untuk memahaminya (Magdalena, 2017). Penggunaan media yang sesuai sangat dibutuhkan apalagi untuk pemahaman materi yang bersifat abstrak seperti konfigurasi elektron (Sardiman, 2005).

Berdasarkan wawancara bersama guru kimia di SMA Negeri 6 Kota Jambi, diperoleh informasi bahwa sebagian besar siswa kelas X MIPA menganggap kimia itu sulit, dikarenakan barunya siswa-siswa tersebut mengenal dan mempelajari materi kimia ini yang mana sebelumnya pada bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), siswa hanya mengetahui dan mempelajari materi IPA terpadu. Kesulitan-kesulitan yang biasa ditemukan pada siswa yang baru mempelajari materi kimia pada kelas X khususnya pada materi konfigurasi elektron ini adalah siswa kesulitan dalam menghafalkan dan menuliskan urutan-uratan konfigurasi elektron asas aufbau dan menentukan suatu unsur termasuk dalam golongan A atau golongan B.

Selama ini pembelajaran kimia termasuk pada sub materi konfigurasi elektron, guru mengajarkan siswanya dengan menggunakan media papan tulis. Dan yang biasa kita lihat dengan penggunaan media papan tulis ini banyak siswa yang terlihat sedang mengobrol, mengantuk bahhkan tertidur saat guru menerangkan materi (Jalinus, 2016). Penyebab kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran dan rendahnya hasil belajar siswa, biasanya terjadi karena kurang bervariasinya media yang digunakan (Magdalena, 2017). Keberadaan media membuat peserta didik lebih mudah memahami materi bersifat abstrak contohnya materi konfigurasi elektron ini (Shelawaty, 2016). Oleh karena itu, diperlukan media pembelajran yang menarik khususnya pada sub materi konfigurasi elektron, contohnya media Lembar Kerja Siswa (LKS).

Namun biasa yang terjadi di sekolah, Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan bukanlah buatan dari guru yang mengajar, melainkan membelinya ke penerbit.  Menurut Rufaida (2013), sampai saat ini lembar Kerja Siswa (LKS) yang didistribusikan dari penerbit belum bisa mengarahkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi atau kurangnya keterampilan berpikir kreatif, yang mana salah satu jenis dari keterampilan metakognisi adalah berpikir kreatif. Metakognisi adalah kemampuan mengontrol ranah atau aspek kognitif.

Berdasarkan permasalahan di atas penulis bermaksud mengembangkan e-LKS berbasis metakognisi pada materi Konfigurasi Elektron dengan menggunakan program 3D Pageflip.

Dimana Pengembangan e-LKS menggunakan 3d pageflip ini dilengkapi dengan teks, gambar, animasi dan video yang diharapkan dapat meningkatkan minat baca peserta didik, dapat mengurangi kejenuhan peserta didik terhadap bahan ajar yang bisa dikatakan monoton, dan dapat memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri.

 

Penelitian yang Relevan

Dalam dunia pendidikan telah banyak penelitian berbasis teknologi computer, contohnya pengembangan media berupa bahan ajar yang telah mendukung dan meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih baik. Beberapa contoh penelitian berikut ini merupakan penelitian-penelitian yang relevan yang akan dilakukan oleh penulis dalam mendukung dan meningkatkan proses hingga hasil pembelajaran menjadi lebih baik lagi.

Penelitian yang dilakukan oleh Mustapa, dkk (2017) yang berasal dari jurusan Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak. Mereka meneliti hubungan antara kesadaran metakognisi dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI SMA Muhammadiyah 1 Ketapang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaran metakognisi siswa pada pembelajaran kimia, berada pada kategori baik dari kategori lainnya dan persentase kategori ini lebih besar daripada kategori lainnya yaitu 43,75%. Keterampilan metakognisi siswa berhubungan erat dengan hasil belajar siswa terbukti dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,933. Indikator kesadaran metakognisi berhubungan dengan hasil belajar siswa yang mana diperoleh data bahwa indicator Monitoring pemahaman merupakan indikator yang lebih besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa Monitoring pemahaman memberikan pengaruh tinggi terhadap hasil belajar kognitif siswa.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Natalia, dkk (2015) yang berasal dari  Universitas Sebelas Maret Surakarta, mereka meneliti pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kimia SMA/MA, yang mana pada penelitian ini pengembangan LKS berbasis metakognisi dilakukan berdasarkan tahapan penelitian dan pengembangan. Kualitas Lembar Kerja Siswa (LKS) ini memiliki kualitas sangat baik sehingga memberikan dampak positif bagi siswa, siswa lebih terencana dalam setiap pengambilan keputusan, siswa lebih dapat menilai kemampuan berfikirnya sendiri.

Berdasarkan beberapa penelitian-penelitian yang relevan di atas, penulis berencana untuk melakukan penelitian di bidang pengembangan selanjutnya agar dapat mengembangkan e-LKS berbasis Metakognisi menggunakan 3D PageFlip pada materi Konfigurasi Elektron untuk menghasilkan e-LKS yang lebih baik dan lebih menarik lagi sehingga mempermudah siswa memahami materi pembelajaran serta mempermudah guru menyampaikan materi pembelajaran.

 

Teori Belajar e-LKS berbasis Metakognisi menggunakan 3d Pageflip

e-LKS terdiri dari kata “e” yaitu elearning dan LKS yaitu Lembar Kerja Siswa. e-learning adalah suatu pengiriman yang biasa digunakan untuk mengirimkan materi dengan menggunakan media elektronik. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu media yang digunakan guru untuk panduan siswa melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah yang dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif.

Istilah metakognisi dikenal dalam perkembangan psikologi dibidang pendidikan yang pada intinya akan menggali pemikiran orang berfikir “thingking about thinking” (Husamah, 2013). Metakognisi sangat penting dalam proses pembelajaran, yang mana metakognisi dapat membuat siswa lebih cepat tanggap dalam mengetahui cara berfikirnya dan juga dapat membangkitkan kesadaran siswa akan kognisinya sendiri, bahkan secara tidak langsung dapat mengetahui apa yang sudah dikuasai dan apa yang belum dikuasainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengembangan media e-lks berbasis metakognisi ini selaras dengan teori belajar kognitivisme dan juga konstruktivisme, karena kedua teori ini mempunyai karakter yang sejalan dengan pengembangan multimedia dengan asumsi melalui multimedia yang bersifat interaktif, materi pembelajaran disajikan dengan berbagai komponen salah satu contohnya e-lks menggunakan 3d pageflip ini dengan adanya video, gambar, dan animasi yang membuat siswa dapat belajar secara individual dan kontekstual dan siswa mampu mengkonstruk ilmunya sendiri melalu pembelajaran ini, di mana pengembangan ini mengajak siswa untuk lebih mengetahui dan memahami cara berfikirinya dan membangkitkan kesadaran siswa tersebut akan kognisinya sendiri.

Komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Saya H. R. Yuniarccih (RSA1C117001) ingin bertanya, dalam penjelasan tersebut saudari Indah tidak menjelaskan pendekatan atau model pembelajaran. Apakah dalam penerapan e-lks tersebut tidak menggunakan pendekatan atau model pembelajaran? Bagaimana penerapannya dalam pembelajaran?
    Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih saudari HR.
      Model yang saya gunakan dalam pengembangan ini adalah kerangka ADDIE, yang mana memiliki prosedur yang terdiri dari lima tahapan yaitu Analysis, Design, Development,
      Implementation dan Evaluation.
      Terimakasih

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer